Modern
Modern
Home
»
Gojapan
»
Detail Berita


Mengenal 12 Tipe Bonsai, Seni Miniatur Pohon yang Memikat Hati

Foto: Bonsai sering dijadikan hadiah atau dekorasi rumah karena keindahannya
Modern
Oleh : Puji Kriswindarti

Semarang, Gojateng.com — Siapa yang tidak pernah melihat pohon kecil yang indah, tertata rapi dalam pot mungil, dengan bentuk yang hampir sempurna seperti pohon dewasa? Itulah bonsai, seni yang memikat hati banyak orang di seluruh dunia. Tapi tahukah kamu, bahwa meskipun bonsai sering dianggap sebagai trademark Jepang, sebenarnya akarnya berasal dari China? Mari kita telusuri perjalanan menarik dari seni ini, mulai dari sejarahnya, perkembangannya, hingga makna mendalam di balik setiap bentuknya.

Jika kita kembali ke masa lalu, bonsai sebenarnya lahir dari tradisi China yang disebut "penjing." Kata "penjing" berasal dari bahasa China, yang secara harfiah berarti "pemandangan di dalam wadah" (盆 = wadah, 景 = pemandangan). Seni ini sudah ada sejak dinasti Han, sekitar 206 SM hingga 220 M. Pada masa itu, penjing tidak hanya berfokus pada pohon mini, tetapi juga mencakup lanskap miniatur yang rumit, seperti gunung, air, dan batu, yang ditata dalam wadah kecil untuk menciptakan adegan alam skala kecil.

Lalu, bagaimana bonsai menjadi bagian dari budaya Jepang? Pada abad ke-6 atau ke-7, para biksu Buddhist dan diplomat Jepang yang bepergian ke China membawa pulang souvenirs, termasuk tanaman dalam wadah ini. Di Jepang, seni ini perlahan-lahan berevolusi menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai bonsai. Kata "bonsai" sendiri berasal dari bahasa Jepang, yang berarti "tanaman di dalam wadah" (盆 = wadah, 栽 = tanaman). Meskipun istilahnya Jepang, jangan lupa bahwa ide dasarnya datang dari China.

Di Jepang, bonsai mengalami transformasi besar-besaran, terutama dipengaruhi oleh filosofi Zen Buddhism dan estetika wabi-sabi. Wabi-sabi adalah konsep yang menekankan kesederhanaan, ketidaksempurnaan, dan keindahan alami. Ini membuat bonsai Jepang memiliki ciri khas yang berbeda dari penjing China, yang sering kali lebih dramatis dan kompleks. Bonsai Jepang lebih fokus pada pohon individu, dengan bentuk yang elegan dan minimalis, mencerminkan harmoni antara manusia dan alam.

Perkembangan Bonsai di Jepang dan Dunia

Bonsai benar-benar mekar di Jepang selama periode Edo (1603-1868). Pada masa ini, kelas samurai dan pedagang mulai mempraktikkan seni ini sebagai hobi. Bonsai tidak hanya menjadi bagian dari kebun rumah, tetapi juga ditampilkan dalam acara-acara penting seperti Hanami, festival bunga sakura. Pada abad ke-19, bonsai mulai dikenal di luar Jepang, terutama setelah Jepang membuka diri ke dunia barat. Pameran dunia seperti Expo 1876 di Philadelphia menjadi momen penting di mana bonsai diperkenalkan ke masyarakat global.

Sejak saat itu, bonsai semakin populer di berbagai belahan dunia. Di Eropa dan Amerika, banyak klub bonsai dibentuk, dan teknik Jepang seperti pemangkasan, pembentukan dengan kawat, dan pemilihan pot khusus mulai dipraktikkan. Bahkan, bonsai sekarang tidak hanya terbatas pada pohon asli Jepang, tetapi juga menggunakan berbagai spesies pohon dari seluruh dunia, seperti maple, juniper, ficus, dan bahkan pohon buah seperti jeruk.

Namun, ada satu hal menarik yang perlu dicatat: meskipun bonsai berasal dari China, kenapa justru dianggap sebagai trademark Jepang? Jawabannya terletak pada cara Jepang mengembangkan dan mempromosikan seni ini. Jepang tidak hanya mengadopsi, tetapi juga mentransformasi bonsai dengan estetika unik mereka. Selain itu, Jepang aktif dalam mengadakan kompetisi bonsai internasional dan mendirikan asosiasi bonsai global, yang semakin menguatkan citra bonsai sebagai tradisi Jepang. Sementara itu, China mengalami periode turbulensi politik, seperti Revolusi Budaya, yang membuat penjing kurang dikenal secara global.Jenis-Jenis Bonsai: Keindahan dalam Beragam Bentuk

Sekarang, mari kita bicara tentang jenis-jenis bonsai. Ada banyak gaya atau style dalam bonsai, dan masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri. Berikut kami rangkumkan 12 gaya bonsai yang paling umum di kenal di Jepang.

1. Chokkan (Formal Upright)

Secara harafiah Chokkan (直幹) berarti "Batang lurus”. Gaya ini ditandai dengan batang utama yang tumbuh tegak lurus dari tanah, dengan diameter yang mengecil secara bertahap menuju puncak. Cabang tersebar simetris, dengan cabang terbawah yang paling tebal dan panjang, kemudian cabang-cabang berikutnya semakin pendek dan lebih tipis. Chokkan mencerminkan kekuatan, stabilitas, dan keseimbangan. Bentuknya yang tegak lurus menggambarkan pohon yang tumbuh di lingkungan yang ideal, tanpa gangguan signifikan. Ini sering dianggap sebagai simbol ketegasan dan keandalan, seperti pohon yang kokoh dan tidak goyah di hadapan tantangan.

2. Mayogi (Informal Upright)

Moyogi (Moyouki, 模様木) berarti "Pohon dengan pola" atau "Pohon dengan bentuk alami". Batang utama melengkung, tetapi apex (puncak) tetap di atas dasar batang. Cabang tumbuh secara alami, menciptakan tampilan yang lebih dinamis. Moyogi menggambarkan fleksibilitas dan adaptasi. Bentuknya yang melengkung menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, pohon tetap tumbuh dengan cara yang alami dan harmonis. Ini sering dianggap sebagai simbol ketahanan dan kemampuan untuk bertahan dalam kondisi yang tidak sempurna.

3. Shakan (Slanting)

Shakan (斜幹) berarti "Batang miring". Batang utama miring dengan sudut 60-80 derajat terhadap tanah. Cabang terbawah biasanya tumbuh ke arah berlawanan untuk menjaga keseimbangan. Shakan melambangkan perjuangan dan ketahanan. Bentuknya yang miring menggambarkan pohon yang menghadapi angin kencang atau kondisi sulit, tetapi tetap bertahan dengan mencari keseimbangan. Ini sering dianggap sebagai simbol ketangguhan dan kemampuan untuk bertahan dalam adversitas.

4. Kengai (Cascade)

Kengai (懸崖) berarti "Tebing menggantung". Batang utama melengkung ke bawah, melewati tepi pot, dan ujungnya menggantung di bawah dasar pot. Cabang-cabang biasanya tumbuh secara horizontal untuk menjaga keseimbangan. Kengai menggambarkan pohon yang tumbuh di lingkungan ekstrem, seperti tepi jurang. Ini melambangkan ketahanan, keberanian, dan kemampuan untuk bertahan hidup meskipun kondisi sangat sulit. Bentuknya yang dramatis sering dianggap sebagai simbol perjuangan yang mulia.

5. Han-Kengai (Semi-Cascade)

Han-Kengai (半懸崖) berarti "Setengah tebing menggantung". Hampir mirip dengan cascade, tetapi ujung pohon tidak melewati dasar pot. Batang utama melengkung ke bawah, tetapi tetap di atas tepi pot. Han-Kengai menggambarkan pohon yang tumbuh di lingkungan yang agak sulit, tetapi tidak seekstrem cascade. Ini melambangkan adaptasi dan keseimbangan antara tantangan dan stabilitas. Bentuknya sering dianggap sebagai simbol moderasi dan kecerdasan dalam menghadapi kesulitan.

6. Hokidachi (Broom)

Hokidachi (箒立ち) berarti "Posisi sapu". Batang utama tumbuh tegak, dan cabang tersebar seperti payung. Gaya ini menciptakan tampilan yang bulat dan simetris. Hokidachi menggambarkan keseimbangan dan harmoni. Bentuknya yang seperti payung melambangkan pohon yang tumbuh di lingkungan yang subur dan damai. Ini sering dianggap sebagai simbol kedamaian dan keseimbangan hidup.

7. Bunjingi (Literati)

Bunjingi (文人木) berarti "Pohon sarjana" atau "pohon literati". Batang tipis, melengkung, dengan cabang minimal. Biasanya hanya memiliki beberapa cabang utama, dan daunnya sedikit. Bunjingi menggambarkan perjuangan dan keanggunan. Bentuknya yang sederhana dan elegan mencerminkan pohon yang tumbuh di lingkungan yang keras, tetapi tetap mempertahankan keindahan. Ini sering dianggap sebagai simbol kekuatan batin dan kebijaksanaan.

8. Fukinagashi (Windswept)

Fukinagashi (吹き流し) berarti "Ditiup angin". Semua cabang tumbuh ke satu arah, seperti terkena angin kencang. Batang utama biasanya miring, dan cabang-cabang tumbuh searah dengan arah angin. Fukinagashi menggambarkan pohon yang terus-menerus terkena angin kencang, melambangkan ketahanan dan adaptasi terhadap kondisi ekstrem. Ini sering dianggap sebagai simbol perjuangan yang berkelanjutan dan kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang sulit.

9. Yose-Ue (Forest)

Yose-Ue (寄せ植え) berarti "Tanaman berkelompok:. Beberapa pohon ditanam dalam satu pot untuk menciptakan efek hutan mini. Pohon-pohon ini biasanya memiliki ukuran yang bervariasi. Yose-Ue menggambarkan komunitas dan kekuatan kolektif. Bentuknya yang seperti hutan mini melambangkan hubungan antar pohon dan alam semesta. Ini sering dianggap sebagai simbol kerja sama dan harmoni dalam kelompok.

10. Ikadabuki (Raft)

Ikadabuki (筏吹き) berarti "Pohon rakit". Batang utama terletak horizontal, dan cabang tumbuh vertikal dari batang tersebut. Ikadabuki menggambarkan kelahiran baru dan adaptasi. Bentuknya yang seperti rakit melambangkan pohon yang tumbang, tetapi kemudian cabang-cabangnya tumbuh kembali sebagai pohon baru. Ini sering dianggap sebagai simbol regenerasi dan harapan.

11. Sokan (Multi-Trunk)

Sokan (双幹) berarti "Dua batang" (atau lebih). Beberapa batang utama tumbuh dari satu titik akar, menciptakan tampilan seperti keluarga pohon. Sokan menggambarkan hubungan dan kekuatan kolektif. Bentuknya yang seperti keluarga pohon melambangkan hubungan antar anggota keluarga atau komunitas. Ini sering dianggap sebagai simbol persatuan dan kekuatan bersama.

12. Sekijoju (Root-over-Rock)

Sekijoju (石上樹) berarti "Pohon di atas batu". Akar pohon melilit batu dan masuk ke tanah di bawahnya, menciptakan tampilan dramatis. Sekijoju menggambarkan perjuangan dan ketahanan. Bentuknya yang dramatis melambangkan pohon yang tumbuh di lingkungan yang sangat sulit, tetapi tetap bertahan dengan mencari sumber nutrisi. Ini sering dianggap sebagai simbol ketahanan dan determinasi.

Lebih dari Sekadar Pohon Kecil

Bonsai tidak hanya tentang keindahan visual, tetapi juga tentang makna mendalam di baliknya.

Membuat bonsai adalah proses yang panjang dan penuh kesabaran. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membentuk pohon kecil ini menjadi bentuk yang diinginkan. Inilah yang membuat bonsai menjadi simbol kesabaran, disiplin, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Setiap gaya bonsai juga memiliki deskripsi tersendiri. Misalnya, formal upright mencerminkan kekuatan dan stabilitas, sementara literati menggambarkan perjuangan dan ketahanan pohon dalam kondisi yang sulit.

Cascade, dengan bentuknya yang dramatis, sering dianggap sebagai representasi pohon yang tumbuh di lingkungan ekstrem, seperti tepi jurang.

Bonsai juga sering dijadikan hadiah atau dekorasi rumah karena keindahannya. Di Jepang, bonsai sering ditampilkan dalam tokonoma, sudut khusus di rumah tradisional untuk menampilkan karya seni. Bonsai juga menjadi bagian dari upacara teh, di mana keindahan alami pohon ini melengkapi suasana tenang dan kontemplatif.

Seni bonsai lebih dari sekadar pohon kecil dalam pot. Ini adalah perjalanan sejarah yang panjang, dari China ke Jepang, dan kemudian ke seluruh dunia. Dari penjing yang rumit hingga bonsai yang minimalis, seni ini mencerminkan hubungan manusia dengan alam, kesabaran, dan kreativitas.

Dengan 12 gaya yang berbeda, bonsai menawarkan keindahan dalam beragam bentuk, masing-masing dengan makna dan deskripsi tersendiri.

Jadi, lain kali kamu melihat bonsai, ingatlah bahwa di balik keindahannya terdapat cerita panjang tentang budaya, sejarah, dan dedikasi. Siapa tahu, mungkin kamu juga tertarik untuk mencoba membuat bonsai sendiri. Prosesnya mungkin panjang, tetapi hasilnya pasti memuaskan.

Halaman :

Berikan Penilaian untuk Artikel Ini

Kata Kunci : Tipe dan jenis seni Bonsai Jepang yang terkenal di dunia

Sorotan


KKN UNDIP Tim 56 Gagas Mading Edukasi Lokamerta untuk Penguatan Identitas Wisata Desa Tirtomarto

Daerah

Semarak Kemerdekaan, KKN-T 115 Undip Bersama RW 04 Sambiroto Laksanakan Cek Kesehatan

Daerah

Dukung Kesehatan Reproduksi Remaja, Mahasiswa KKN-T Tim 115 Universitas Diponegoro Wujudkan Program Kantong Menstruasi: Menstruasi Aman, Bumi Nyaman dengan Menstrual Kit Ramah Lingkungan

Daerah

Aksi Nyata KKN TIM 115 Undip Sambiroto Hadirkan Penyuluhan "Fermentasi Cerdas: Jaga Kesehatan Reproduksi dengan Yogurt Probiotik" Sebagai Awal Pengembangan UMKM pada Kelompok Wanita Tani dan Ibu-Ibu PKK

Daerah

KKN Tematik Tim 115 Universitas Diponegoro Hadirkan "Reprofit": Inovasi Minuman Rimpang untuk Kesehatan Reproduksi Wanita

Daerah

Pasang Iklan

Pilihan Redaksi

Segelas Sehat Cegah Anemia! Tim KKN-T 115 Kenalkan "Jus Penambah Hb" ke Warga Sambiroto

Daerah

Optimalisasi Digital Learning untuk Peningkatan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Remaja di Sambiroto Melalui Program PRIMA (Perempuan Melek Informasi Reproduksi dan Media Digital)

Daerah

Mengenalkan Potensi Desa Kaliprau melalui Video oleh mahasiswa KKN Universitas Diponegoro

Daerah

Digitalisasi UMKM melalui QRIS, Mahasiswa KKNT Akuntansi Perpajakan Undip Berdayakan Pelaku Usaha Dusun Tumbrep

Daerah

Mahasiswa KKN Tim IDBU 9 UNDIP Gelar Booth Spray Sejuk Anti Lalat & Nyamuk untuk Peternakan Desa Suruh

Daerah

Pasang Iklan

Baca Juga

KKN Tematik Undip Laksanakan Penyerahan Tong Sampah Terintegrasi untuk Dukung Pengelolaan Limbah Berbasis Bank Sampah

Daerah

Penyerahan Overstock Storage untuk Tanaman Hidroponik pada Kebun Bertani Agrofarm

Daerah

Atasi Limbah Hidroponik Overstock, KKN Tim 82 Undip Kenalkan Komposter Takakura Anti Bau di RW 04 Kelurahan Mijen

Daerah

Tak Hanya Teori, Mahasiswa KKN Undip Ciptakan Sabun Lokal dari Nol sebagai Bukti Nyata Jurus Pemasaran Digital di Desa Kaliprau

Daerah

Mahasiswa KKN-Tematik Undip Tim 160 Luncurkan Website Desa Kaliprau: Langkah Nyata Menuju Digitalisasi dan Tertib Aset Desa

Daerah

Pasang Iklan

Berita Lainnya

Dari Sampah Jadi Berkah, Mahasiswa KKN Undip 160 Hadirkan Inovasi Kreatif di Desa Kaliprau

Daerah

Mahasiswa KKN-T UNDIP Hadirkan Solusi Cegah Stunting di Kaliprau lewat Edukasi Gizi dan Digitalisasi Posyandu

Daerah

Mahasiswa KKN-T IDBU Tim 82 Undip Edukasi Pemanfaatan Selada Hidroponik sebagai Pangan Sehat dan Bergizi

Daerah

Mahasiswa KKN UNDIP Hadirkan Inovasi Lingkungan: Dari Bank Sampah Sehat, Biodiesel, Jenis-Jenis dan Kegunaan Plastik serta Dampak Negatif Penggunaan Plastik, hingga Website Edukasi

Daerah

KKN-T IDBU Tim 82 Undip Gerakkan Generasi Muda Mijen Hadapi Limbah Plastik melalui Program 3R

Daerah

Pasang Iklan
Goenglish
Lihat Semua